Muharram, 1430 Hijriyah

Faith of Mafaza, Keyakinan Akan Sebuah Kemenangan


Mafaza. Kata ini adalah sebuah kemutlakan yang dijanjikan oleh Allah untuk menjadi predikat bagi Al-Muttaqin.


“Sesungguhnya bagi orang-orang bertaqwa ialah Mafaza (Kemenangan).” (QS. An Nabaa’:31)


Ada sebuah frasa menarik tentang hidup. Ia berbunyi, “Hiduplah untuk Maha Hidup”. Saya membuat dua definisi berbeda tentang ini. Pertama, hiduplah untuk Yang Maha Hidup. Jika kita menjadikan seluruh kehidupan kita untuk Yang Maha Hidup, maka tidak akan ada kekhawatiran, apalagi kekecewaan di sana. Karena hanya Yang Maha Hiduplah yang kita tuju. Karena hanya Yang Maha Hiduplah yang kita harapkan. Jika menaruh harapan pada manusia sangat mungkin berujung kekecewaan, maka menaruh harapan penuh kepadaNya adalah kunci kebahagiaan. Betapa bahagia, betapa indah jika hidup kita bisa kita persembahkan kepada Allah. Perhatikan, ada siratan halus tentang ikhlas di sana. Hidup untuk Yang Maha Hidup, berarti memenuhi janji yang selalu kita ikrarkan pada setiap tegak kita di lima waktu.


“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al An’aam:162)


Definisi kedua, yaitu hiduplah untuk maha hidup kita. Maha hidup kita (kehidupan abadi) di negeri akhirat sana. Dengan ini, insyaa Allah kita akan terpacu untuk selalu menjadikan kehidupan kita adalah kehidupan terbaik, yaitu mempersiapkan kematian terbaik. Kematian yang ketika dijemputnya, ada bisikan lembut di telinga,


“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hambaKu, dan masuklah ke dalam surgaKu.” (QS. Al Fajr: 27-30)


Ya, Faith of Mafaza. Keyakinan akan sebuah kemenangan. Kemenangan karena kita hidup untuk Yang Maha Hidup. Kemenangan karena kita mempersiapkan yang terbaik untuk maha hidup kita.


Sebagai tambahan, atas air mata duka Palestina yang menjadi duka kita semua. Keyakinan akan sebuah kemenangan itu akan selalu ada, wahai ikhwahfillah. Allah pasti memberikan kemenangan yang agung bagi bumi AL Quds. Saat ini, Allah tengah memberi penangguhan bagi musuh-musuh kita. Maka tunggulah barang sebetar. Tunggulah waktu kemenangan kita yang tak lama lagi.

22 April 2009

"Karena ADK sejatinya sedang on mission di sekolahnya."

Allahu rabbii....

19 April 2009

Tegak Kita


Shalat adalah ketika wudhunya, kita berusaha sekeras mungkin menghadirkan asma Allah, yang mungkin saja sering kita lalaikan dalam keseharian karena banyaknya aktivitas kita… menghadirkan asma Allah, berharap kita bisa benar-benar khusyu’ pada shalat yang akan kita dirikan…

Shalat adalah ketika takbir kita kumandangkan, asma-Nya sungguh-sungguh kita agungkan. Ia yang Maha, Maha segala. Sunguh, tak ada yang lebih patut untuk kita pikirkan dalam shalat kita selain hanya Dia. Ya, hanya Dia.

Shalat adalah ketika tahmid pada surah Pembuka benar-benar tulus meluncur dari lubuk terdalam hati, “Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin…” . segala puji bagi Allah, atas kelimpahan nikmat dan kasih sayang-Nya, atas kesempatan bernapas yang masih Ia beri, atas keseharian kita yang penuh keselamatan, atas segala yang tidak dapat kita sebutkan…
“Ihdinash shiraatal mustaqiim…”
“Tunjukkanlah kami jalan yang lurus…”
“shiraatalladziina an’amta ‘alaihim, ghairil maghdhuubi ‘alaihim, wa laa-adh dhaaalliin…”
Yang kami pinta adalah jalan keselamatan yaa Rabb, maka selamatkanlah kami…
Pun, shalat adalah ketika kita menyertakan orang-orang terdekat kita dalam do’a di surah Pembuka…
“Tunjukkanlah KAMI jalan yang lurus…”


Shalat adalah ketika ruku’nya kita tetap berusaha menghadirkan Allah nyata di hadapan kita. Ia yang Maha, Maha Agung.
Dan kita memuji-Nya.

Shalat adalah ketika sujudnya, rendahlah diri kita dihadapan-Nya. Bahwasanya diri kita memang sangat pantas menyungkur di atas tanah. Apalah arti diri kita, dibanding Allah? Bahkan semua yang kita lakukan ialah mutlak atas kuasa-Nya. Maka apa yang patut kita banggakan atas diri kita?
Amat sangat pantaslah kita menyungkur dihadapNya. Memuji. Memuji Ia Yang Maha Tinggi. Dan sujud kita makin bermakna ketika kita merasa tak ingin lepas dari sujud kita…

Shalat adalah ketika kita bersungguh meminta diampuni, meminta disayangi, meminta ditinggikan derajatnya, meminta dirizqikan, meminta disehatkan, meminta dimaafkan…

Shalat adalah ketika kita menyadari bahwa segala penghormatan, barkah, shalawat dan segala kebaikan berasal dari Allah…

Shalat adalah ketika kita mengirim shalawat pada manusia paling mulia, Nabi Muhammad saw. yang kita rindu-rindukan, juga pada keluarganya. Berharap semoga Allah memberi shalawat dan memberkahi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta keluarganya, sebagaimana Allah bershalawat dan memberkahi Khalil-Nya, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam beserta keluarganya…

Shalat adalah ketika kita mengucap salam keselamatan sepenuh hati…

Shalat adalah ketika setelah mendirikannya, ada ketenangan hati luar biasa…

Shalat adalah ketika selesainya, kita berusaha untuk kembali menegakkan ‘azam di hati untuk berbuat yang terbaik untuk-Nya. Ketika kita mengupayakan diri untuk mencegah diri kita dari perbuatan keji dan mungkar, sebagaimana fungsi shalat yang telah Allah tetapkan.

Shalat adalah ketika kita melaksanakannya, kita merasa bahwa itu adalah shalat kita yang terakhir… karena tiada yang tahu kapan Allah menghentikan detak jantung kita…

Shalat adalah ketika kita memaknainya sebagai bentuk komunikasi kita, dialog-dialog hening kita dengan sang Khaliq…

Shalat adalah doa. Shalat adalah pujian. Shalat adalah tunduk. Shalat adalah permohonan. Shalat adalah pinta.


Shalat adalah ketika selesaiya, ada rindu di hati…
Rindu untuk menegakkannya kembali…

18 April 2009

Lewat-lewat =)

Minggu ini sudah mulai sibuk lagi, mengerjakan laporan praktikum genetika tersayang ^^. Sambil menanti tempe goreng matang *masak sambil nge-blog*, karena sedang mampir-mampir juga ke blog banyak orang (yang tulisan2nya juga keren!), semangat itu begitu saja tertular dalam diri saya. Ya, semangat untuk menulis. Bahwasanya sah-sah saja menggunakan blog kita sebagai tempat mencurahkan isi hati, apalagi dikala penat yang memang sunatullah itu sedang menggelayuti diri. Bahwasanya sah-sah saja jika sesekali kita isi blog kita dengan selingan humor, atau apapun yang membuat kita nyaman. Namun jangan pernah terlalaikan untuk menyampaikan pesan! Pesan langit yang Ia titipkan pada kita, untuk kita forward ke sebanyak mungkin orang, agar mereka pun “mendengar” pesan-pesan langit itu. Agar ada dari mereka yang meresapi pesan langit sampai ke dalam hati mereka, lalu menyentuh mata hati mereka. Sampaikanlah, walau sedikit.
“Sampaikanlah, walau hanya satu ayat”.



(dan aku pun semakin mencintai menulis.)


Alhamdulillah, tempe gorengnya sudah matang. Ittadakimasu! ^__^


“met ngerjain tugas2 ya, za…
Semoga Allah selalu ridha…” =)

11 April 2009

Suatu Pagi, di Tepi Jalan

Bismillaahirrahmaanirrahiim…

Sabtu, 11 April 2009

Jam setengah tujuh pagi lebih sedikit, saya telah berangkat dari rumah ibu-bapak saya (kalau tidak bisa dibilang rumah keluarga saya) di bilangan Depok. Hm, indah menghirup udara pagi yang masih segar! Karena pagi adalah waktu yang paling tepat untuk men-charge ruhiyah, maka dalam doa keluar rumah pun saya menyelipkan sebuah doa. Doa untuk seorang ibu dari seorang senior SMA yang jumatnya Allah panggil pulang. Semoga Allah memberi tempat terbaik disisi-Nya.

Di perjalanan. Ketika metromini yang saya naiki melintas di daerah pasar Cisalak, saya melihat sebuah pemandangan yang membuat saya tertegun. Seseorang tengah duduk di atas motornya yang tengah di parkir di pinggir jalan. Sebuah Al qur-an berada dalam genggamannya. Entah ia sedang bertilawah, bermuraja’ah, atau menambah hafalan. Subhanallah… ketika saya tengah mengeja alma-tsurat dalam hati dengan lafadz yang masih terpatah, mungkin saja pagi-pagi sekali ia sudah menuntaskan doa rutinan paginya. Lalu, sedang apa pula ia di sana? Di pinggir jalan dekat pasar. Oh, mungkin saja ia tengah mengantar ibunya pagi-pagi untuk berbelanja di pasar itu. Sebuah bakti seorang anak kepada ibunya. Haadzal birrul walidayn, gumam saya dalam hati. Sebuah bentuk cinta, yang juga merupakan suatu perbuatan yang akan makin menyuburkan da’wah kita di rumah. Subhanallah…


Dan saya pun semakin tertunduk.

Dalam hati saya menyimpan iri.


[alhamdulillaahirabbil 'aalamiin.]

10 April 2009

Hari Ini Aku Makin Cantik!

Aku tahu
Sebentang danau yang dalam usai kau seberangi
Serintang padang onak kau lalui
Juga setebing karang curam sudah terlewati
Sejak sore tadi hingga bulan tegak di kepala
Aku tahu, ada yang kau telah renungi sepanjang malam
Tentang coba yang masih melintang
Tentang anugerah yang tertuda
Tentang cinta yang makin tegar!
Maka pagi ini, setelah mentari menelan dini hari
Di depan cermin, senyummu mengembang lagi
Dan hari ini adalah seperti kemarin
Juga hari-hari yang terjalani
: kamu semakin cantik dari hari ke hari
Aku melihatmu cantik setiap hari
(HHH, untuk Azimah, September 2004)
***

Tahukah engkau, aku makin cantik hari ini! Sungguh, aku makin cantik! Lebih cantik dari kemarin, dari kemarinnya lagi, dan dari kemarin-kemarinnya lagi. Coba lihat, dahiku tidak berkerut-kerut oleh pikiran dan kepedihan seperti beberapa hari yang lalu. Bibirku tidak mengerucut oleh kejengkelan dan kemarahan seperti kemarin. Mukaku tidak lagi tertekuk penuh beban dan “kebetean” seperti waktu-waktu yang lewat. Tubuhku tidak lagi lesu karena keputusasaan dan kehilangan harapan.

Sungguh, aku makin cantik hari ini! Coba perhatikan, mataku bersinar-sinar oleh kegembiraan. Bibirku merekah lebar oleh senyum ketulusan. Pipiku merona merah oleh semangat pengharapan. Urat-urat wajahku santai memancarkan aura kepasrahan. Semuanya menjadikan wajahku berseri-seri. Sungguh, cantiknya aku hari ini!

Sudah sepekan aku banyak tertawa, menari, menyanyi, menikmati hidup ini, dan tidak membiarkan permasalahan memengaruhi suasana hati. Ah, cantiknya diriku karenanya. Sudah sepekan, aku berusaha banyak menyapa dan memaafkan semua saudara. Hal itu telah membuatku lebih cantik hari ini. Sudah seminggu, aku berusaha lebih banyak berderma pada sesama. Kini, aku merasakan cantik sebagai balasannya. Sudah seperempat bulan, aku berusaha lebih mensyukuri setiap karunia Ilahi. Kini, kurasakan Allah menambahi nikmat itu dengan menjadikanku cantik sekali. Bahagianya aku karenanya! Bahagia itu, kurasakan kian membuatku cantik saja.
***

Ada kalanya kita membenci diri kita sendiri. Ada kalanya kita tidak menyukai apa yang kita lakukan. Ada kalanya kita melakukan kesalahan. Ada kalanya kita terpuruk dalam kepedihan. Ada kalanya kita tenggelam dalam kesedihan. Ada kalanya kita tidak mengerti mengapa hidup berjalan tidak seperti yang kita bayangkan. Ada kalanya perjalanan menjadi demikian berat kita rasakan hingga sikap kitapun terbawa oleh perasaan, lalu kita mengambil langkah tanpa pertimbangan. Tindakan yang dilakukan pun akhirnya lebih berupa reaksi spontan. Akibatnya, yang tertinggal kemudian hanya penyesalan dan keterpurukan yang semakin dalam. Tahukah dikau? Semua itu akan menyebabkan penampilan kita makin buruk saja.

(bersambung)

taken from an inspirative book: Hari Ini Aku Makin Cantik
oleh Azimah Rahayu

08 April 2009

KISRUH!

KISRUH!

H-20 menit sebelum pelaksanaan PEMILU 2009, keluarga saya belum mendapat undangan dari Pak RT untuk mencontreng!

parahnya, keluarga saya malah dapet jatah nyontreng di daerah tempat tinggal kami yang dulu, kayumanis, Matraman. padahal, ibu-bapak saya sudah pernah nyoblos di daerah rumah yang sekarang, di cimanggis.




gawat, kami terancam tidak mencontreng pada pemilu kali ini!


gawat, 4 aset suara berharga keluarga saya yang di kayumanis terancam disalahgunakan oleh pihak licik!

[orang-orang rumah mulai panik]



pak RT, mana surat undangannya??!


ya Allah, heeelppp.......!!!

07 April 2009

My Mom Is Amazing!

wsenangnya jadi anaknya ummi... ..^_^..

tiap pagi selalu dibuatkan sarapan yang lezat!

lets list it out:
1. brownies chocochips!
2. muffin isi chocochips, strawberry, atau blueberry
3. pisang coklat terlezat yang pernah lidah saya kecap:
garingnya pas, minyaknya jelas murni (bukan jelantah-an), cokelatnya di luar, dan bukan pake meses atau gula pasir yang di karamel-in, tapi pake chocolate block yang dicairin. dituanglah cokelat itu di atasnya... yuummy!
4. pisang terigu
5. ommelet nasii
6. atau ommelet mie atau pizza mi (apalah sebutannya)

sometimes, ummiku juga suka membuat 'rotiboy-rotiboy-an'. tau kan? yang toppingnya krem kopi dan dibuat melingkar seperti obat nyamuk. terkadang donat gula. atau juga pizza beneran dengan ukuran mini, tapi rasanya ga kalah sama yang mahal dahsyat (dan alhamdulillah sudah saya hilangkan dari list makanan saya). kadang-kadang juga martabak tahu berisi cabai iris merah.



my mom is amazing!

ummi, hebat banget deh!
=)




eh, tapi ada satu yang kurang.
anaknya yang satu ini kok nggak menuruni bakat ibunya ya?!